Fenomena, Gen Z Gengsi Kalau Ponselnya Bukan iPhone

Ilustrasi Iphone (Unsplash.com/Malte Helm Hold)

"Fitur iMessage menciptakan gengsi ke pemilik iPhone."

Kabarsatu.linear.co.id – iPhone ternyata merupakan produk ponsel pintar yang paling populer di kalangan anak muda Amerika Serikat ketimbang ponsel bersistem operasi Android.

Financial Times melansir, Kamis (23/2), pengguna iPhone dikatakan memiliki “status sosial” yang berbeda ketimbang Android.

Pasalnya, para anak muda Amerika Serikat gengsi jika tak memiliki iPhone. Mereka bahkan merasa malu jika menggunakan Android.

Menurut laporan terbaru dariAttain, sebuah platform edtech, 34 persen pemilik iPhone di AS ternyata berasal dari generasi Z, atau mereka yang lahir setelah 1996. Sedangkan, persentase generasi Z yang memiliki ponsel Samsung cuma 10 persen.

Data tersebut dianggap menyiratkan dominasi Apple pada konsumen berusia muda yang signifkan. Padahal, riset pasar lain menunjukkan proporsi pengguna ponsel Android dan iOS relatif merata pada masyarakat AS yang lebih tua.


Menurut Financial Times, tekanan sosial generasi Z untuk memiliki iPhone ini datang dari fitur iMessagge, layanan pesan instan yang dikembangkan secara eksklusif oleh Apple.

Pasalnya, jika pengguna Android mengirimkan pesan di sebuah grup percakapan iMessage, maka pesan tersebut akan membuat seluruh pesan dalam obrolan grup menjadi berwarna biru. Itu juga indikasi bahwa pesan yang dikirim berupa SMS alih-alih dalam bentuk chat iMessage.

Sedangkan, apabila yang mengirimkan pesan adalah sesama pengguna Apple, warna pesan yang akan muncul di dalam grup chat adalah biru.

Sudah begitu, ketika pengguna iPhone mengirimkan pesan berupa video atau foto via SMS, seringkali ukurannya menjadi lebih kecil. Sementara, iMessage sanggup mempertahankan kualitas video atau foto dalam pesan dari pengguna.

“Pesan hijau—dari siapa pun pengguna Android—membuang seluruh obrolan, karena sekarang semuanya harus berupa SMS,” kata Annelise Hillman yang berusia 24. “Jadi tekanan sosial untuk mendapatkan iPhone cukup gila.”

Sementara, Kahlil Greene, seorang konsultan independen berusia 22, mengatakan gangguan tersebut cukup mengganggu sehingga "sangat umum bagi pengguna Android untuk dikucilkan dari obrolan grup”.

Toko Apple di Shanghai, Tiongkok dipadati orang-orang yang mengantre untuk membeli gadget terbaru perusahaan tersebut. Shutterstock/TonyV3112

Tren tersebut agaknya membantu menjelaskan mengapa iPhone berhasil meningkatkan pangsa pasarnya secara keseluruhan. Menurut data dari Counterpoint Research, market share 
ponsel besutan Apple itu meningkat dari 35 persen pada 2019, menjadi 50 persen pada tahun lalu.

Menurut Shannon Cross, analis di Credit Suisse, konsekuensi dari itu adalah Apple beroleh untung tidak hanya dari iPhone saja. Sebab, pengguna ponsel pintar itu juga cenderung membeli Macbook, Apple Watches, dan AirPods.

“Kekuatan ekosistem Apple menciptakan batas yang tidak bisa ditembus oleh persaingan,” kata Cross. 

Secara global, untuk setiap 100 iPhone yang dikirim, Apple menjual 26 iPad, 17 Jam Tangan Apple, dan 35 pasang AirPod, menurut data Canalys.

Sementara, ketika Samsung memasarkan 100 ponsel pintar, mereka hanya bisa menjual kurang dari 11 tablet, enam jam tangan pintar, dan enam earbud nirkabel.

Bahkan, kecenderungan Gen Z untuk membeli iPhone—termasuk dengan meyakinkan orang tua mereka—muncul bahkan ketika harga rata-rata iPhone mendekati US$1.000, tiga kali lipat rata-rata perangkat Android secara global.


Sumber FORTUNE