Pilpres 2024 Anies vs Jokowi, Bukan Ganjar atau Prabowo...!



by Faizal Assegaf (kritikus)


SETELAH gagal selundupkan agenda politik jahat tiga periode, terpaksa Jokowi putar otak tenteng dua Capres boneka demi menghadang Anies Baswedan. Lucunya, Pilpres belum digelar, Jokowi dan Megawati saling berebut pengaruh.

Hari - hari semakin seru, elektabilitas Anies makin melaju, sebaliknya Jokowi justru terjebak kebodohan dan ketakutan luar biasa. Bodoh lantaran drama politik ala petugas partai semakin terbongkar.

Sementara di luar Istana, saling rebutan lapak antara loyalis Prabowo dan Ganjar, bikin Megawati dan PDIP tertunduk malu dan frustasi. Ganjar yang terlanjur diusung, pelan-pelan ditinggalin Jokowi.

Sungguh aduhai, lika-liku perselingkuhan Prabowo - Jokowi, membuat Mega terbakar cemburu. Kok teganya si petugas partai menjalin cinta terlarang dengan Prabowo. Tentu sangat kurang ajar!

Lebih menyakitkan, Prabowo kian asyik berdansa dengan Jokowi digelapnya gorong-gorong kekuasaan. Namun pesta itu membuat rakyat waspada, kedua sijoli merancang pemufakatan jahat: Pemilu curang.

Wajar rakyat curiga, sebab Jokowi sangat bernafsu menangkan Prabowo melalui sokongan jaringan dan fasilitas kekuasaan. Agar kelak Jokowi turun dari singgasana, dia dan keluarganya bebas melenggang.

Deal politik itu sudah beredar luas. Enak saja, hampir satu dekade berkuasa secara semena-mena, lantas mau cuci tangan. Jahatnya modus politik tukar guling, bikin rakyat makin kencang teriak: Tangkap dan adili Jokowi.

Ancaman rakyat itu sangat serius. Rakyat tak peduli siapapun kekasih gelap atau boneka yang diusung Istana. Yang menjadi fokus adalah melucuti kekuasaan Jokowi dengan segala rupa politik cawe-cawe. 

Intinya, makin kuatnya solidaritas mendukung Anies, bukan untuk berhadapan dengan Prabowo atau Ganjar. Tapi Pilpres kali ini menjadi arena pertarungan rakyat bersama Anies melawan praktek curang kekuasaan Jokowi.

Kalau rakyat sudah bersikap demikian, maka Pilpres bakal menjadi mendidih. Terlebih bila Jokowi makin terlibat jauh mengintervensi kedaulatan politik rakyat. Tentu berpotensi menyulut gerakan people power!.***