KABAR SATU | Perang Iran vs Israel masih berlangsung. Jangankan ngaku kalah, seri pun belum ada. Di balik perang ini, orang selalu mengkaitkannya dengan agen Mossad. Benarkah spionase Mossad sejajar dengan CIA maupun GRU (Rusia), yok kita kenalan sambil menikmati kopi di Nordu 2 Jalan Ujung Pandang Pontianak.
Tak ada yang benar-benar mengenal agen Mossad. Bahkan mungkin dirinya sendiri pun tak yakin siapa dia hari ini. Dia bisa bangun pagi sebagai pemuda Uzbekistan berjualan karpet, makan siang sebagai manajer logistik asal Belgia, dan malam harinya mencabut nyawa target di Teheran hanya dengan tusukan peniti. Di KTP-nya ada 12 nama. Di dompetnya 6 paspor. Di punggung tangannya ada tato yang hanya bisa dibaca saat bulan purnama. Inilah Mossad, organisasi intelijen Israel yang lebih rahasia dari isi hati mantan.
Lahir pada 1949 dari rahim paranoid negara muda bernama Israel, Mossad, singkatan dari HaMossad leModi’in uleTafkidim Meyuhadim, bukan cuma lembaga mata-mata. Ia adalah sekte filsafat modern, tempat di mana kebenaran dan kebohongan dikunyah bersama dalam sepiring hummus sambil merencanakan kudeta kecil-kecilan. Mossad tidak hanya mengintai, tapi juga mengatur bagaimana dunia akan mengintai balik. Mereka bukan bayangan. Mereka adalah pencipta cahaya yang membuat bayangan itu ada.
Di dalam Mossad ada divisi-divisi aneh yang terdengar seperti nama-nama band indie. Ada Caesarea, Tzomet, Lapid, Tevel, Keshet. Tapi jangan salah. Ini bukan grup vokal. Caesarea misalnya, bukan kota kuno di Israel, tapi unit khusus yang bertugas membunuh dengan gaya artistik. Senjata mereka bisa berupa bom dalam pasta gigi, racun di lip balm, atau senapan dengan peluru yang hanya bisa ditembakkan jika mood penembaknya bagus. Divisi lain, Tzomet, spesialis rekrutmen agen. Mereka mencari orang yang bisa bicara lima bahasa, mengganti wajah dengan makeup, dan tetap tenang saat disuruh menyusup ke pesta ulang tahun ayatollah.
Agen Mossad adalah hasil kawin silang antara mata-mata dan seniman. Mereka bisa menyusup ke pabrik senjata Iran dengan menyamar sebagai tukang kebun. Bisa tinggal lima tahun di Damaskus sebagai guru musik. Bisa menyelundupkan drone tempur ke Iran lewat koper berisi lingerie dan basreng. Mereka tak butuh tepuk tangan. Bahkan laporan mereka saja kadang dibakar setelah dibaca. Eksistensi mereka bukan untuk diketahui, tapi untuk dibicarakan dengan nada bisik-bisik paranoid.
Operasi mereka sering kali terdengar seperti dongeng berdarah. Tahun 1960, mereka menculik Adolf Eichmann, arsitek Holocaust, dari Argentina, membawanya ke Israel dengan nama palsu, dan membuatnya mengaku dosa sebelum sarapan. Tahun 1976, mereka menyelamatkan 100 sandera di Entebbe, Uganda, dalam operasi militer paling absurd yang pernah ditulis dalam buku sejarah. Baru-baru ini, mereka diduga membunuh ilmuwan nuklir Iran hanya dengan robot berkamera, Wi-Fi, dan, entah kenapa, lagu Britney Spears yang dimainkan terus-menerus di radio mobil korban.
Namun bukan berarti Mossad tak pernah gagal. Di Turki, 15 agen mereka ditangkap gara-gara terlalu sering nongkrong di kafe Palestina. Di Iran, ada agen yang tertangkap cuma karena salah tato, harusnya gambar zodiak Leo, eh malah logo Maccabi Haifa. Tapi gagal bagi Mossad hanyalah jeda sebelum operasi lebih gila berikutnya.
Karena Mossad bukan organisasi biasa. Ia adalah dongeng modern yang ditulis dengan tinta tak terlihat, dibaca lewat CCTV, dan disampaikan dalam desas-desus paling sunyi. Jika CIA adalah polisi dunia, Mossad adalah ilusi optik, sampeyan pikir dia tidak ada, tapi dia sudah mencatat plat nomor motormu sejak kamu bangun tidur. Saat kisanak merasa sendirian di halte tengah malam, mungkin direk (anda) memang sendirian. Tapi mungkin juga ente sedang diawasi oleh agen Mossad yang sedang menyamar sebagai tiang listrik.
Oh iya, jangan lupa nanti pukul 23.00, Timnas Voli kita akan menghadapi tuan rumah, Bahrain. []
Penulis ; Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar